BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dpt ditekan seminimal mungkin. E. Coli 0157 sebagai penyebab diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia (www. cybermed.cbn.net.id).
Berdasarkan hasil pemantauan Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit diare yang dilaporkan, dari 19 propinsi di Indonesia pada tahun 1996, telah terjadi KLB di 74 kabupaten, dengan jumlah penderita 8.357 orang, Pada tahun 1997 ini jumlah penderita pada KLB Diare 17.203 orang. Penyakit Diare masih merupakan penyebab utama kematian pada balita. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Subdit P2 Diare Departemen Kesehatan, episode diare Balita adalah sekitar 1,6 - 2,2 kali pertahun dan angka kesakitan untuk seluruh golongan umur adalah sekitar 230 - 330 per 1000 penduduk. (www.bankdata.depkes.co.id)
Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak yang lebih besar. Ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Dinegara yang sedang berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh. (http://cybermed.cbn.net.id)
Angka kesakitan diare akan cenderung menurun dengan adanya intervensi pencegahan yang efektif seperti : Upaya untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI), kebiasaan cuci tangan, penyediaan dan penggunaan air bersih, penggunaan jamban yang benar, imunisasi campak. Angka kesakitan diare masih mengalami fluktuasi, mengingat banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi dan masih memerlukan waktu untuk peningkatannya seperti keadaan sanitasi lingkungan, sosial ekonomi & sosial budaya serta faktor gizi, dari penjamunya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian
Diare adalah keadaan kekerapan dan keenceran buang air besar dimana frekuensinya lebih dari tiga kaliper hari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram.
Diare, salah satu masalah yang paling umum pada masa anak-anak, digambarkan sebagai suatu peningkatan frekwensi Buang Air besar , ketidakstabilan cairan tubuh, ditandai dengan volume cairan berkurang.
Diare pada masa anak-anak mungkin bisa kronis, yanag disebabkan oleh peradangan akut atau bukan peradangan .
Diare disebabkan oleh infeksi kuman / virus yang pada umumnya disebut gastroenteritis, kuman virus Gastroenteritis menjadi penyebab umum diare pada masa anak-anak usia 1 tahun, apabila penatalaksanaan tidak maka diare akut dapat mendorong kearah kekurangan cairan yang berlebih, ketidakseimbangan asam basa, dan shock hypovolemic, Diare akut dapat mengancam jiwa terutama jika cairan tidak segera diganti secara adekuat.
II. Anatomi fisiologi
Saluran gastrointestinal adalah jalur yang berjalan dari mulut melalui esophagus, lambung, usus halus, usus besar sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga thorakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trachea dan jantung. Selang esophagus yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm, menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung di tempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. lambung dapat di bagi ke dalam 4 bagian anatomis yaitu : kardia ( jalan masuk ), fundus, korpus, pylorus (outlet).
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang jumlah panjangnya kira-kira 2/3 dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorbs. Usus halus di bagi kedalam 3 bagian anatomi yaitu : bagian atas di sebut duodenum, bagian tengah di sebut yeyenum, dan bagian bawah di sebut ileum.
Pertemuan antara usus halus dan besar terletak di bagian bawah kanan duodenum. Ini di sebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfingsi untuk mengntrol pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri kedalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian yaitu : kolon sigmoid dan rectum. Rectum berlanjt pada anus. Jalan keluar anal di atur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
III. Etiologi
A. Faktor Infeksi
1. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
2. Infeksi bakteri : Vibrio coma, echeseria coli, Salmonella, Shigella, Compilobacter, Yersenia dan Acromonas.
3. Infeksi virus : Entero virus (Virus echo, Coxechasi dan Poliomyelitis), Adeno virus, Rota virus dan Astrovirus.
4. Infeksi parasit : Cacing, protozoa dan jamur.
5. Infeksi parental, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti otitis media akut, tonsilopharingitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah 2 tahun.
B. Bukan faktor infeksi
1. Alergi makanan : susu dan protein.
2. Gangguan metabolik atau malabsorbsi.
3. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
4. Obat-obatan seperti antibiotik.
5. Penyakit usus seperti Colitis ulserative, crohn disease dan enterocolitis.
6. Faktor psikologis : rasa tahut dan cemas.
7. Obstruksi usus.
IV. Patofisiologi
A. Gangguan osmotic
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, hal ini menyebabkan isi rongga usus berlebihan sehingga merangsang usus mengeluarkannya (diare).
B. Gangguan sekresi
Toxin pada dinding usus meningkatkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus, peningkatan isi rongga usus merangsang usus untuk mengeluarkannya.
C. Gangguan motalitas usus
Hyperperistaltik menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan atau peristaltik yang menurun menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan menyebabkan peradangan pada rongga usus sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat hal ini menyebabkan absorsi rongga usus menurun sehingga terjadilah diare.
Mikroorganisme patogen Zat – zat sulit diserap
Infeksi Peningkatan tekanan osmotik
Peningkatan sekresi aktif cairan Menarik air dan garam ke dalam usus
Peningkatan motilitas usus
Peristaltik meningkat
Diare
↓
Kehilangan cairan ekstraseluler dengan cepat dan tiba-tiba
( ECF )
↓
Ketidakseimbangan elektrolit
↓
kehilangan cairan intraseluler (ICF)
↓
Celluler dysfunction
↓
Shock hipovolmic
↓
kematian
V. Manifestasi klinis
Pasien dengan diare akut dengan infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut, sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya rejatan an hipovolemik harus di hindari. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam (pernapasan kusmaul). Bila terjadi rejatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan kadang sianosis. Kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tidak segera diatasi dapat timbul penyulit berupa nekrosis tubular akut (CRF). Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit jelek, kulit kering, terdapat fontanel dan mata yang cekung serta terjadi penurunan tekanan darah
Secara klinis diare karena infeksi akut di bagi menjadi dua golongan. Pertama, koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua, disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
VI. Klasifikasi Diare
Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1977) :
1. Dehidrasi ringan : dimana berat badan menurun 3 – 5 % dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang : dimana berat badan menurun 6 – 9 % dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50 – 90 ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat : dimana berat badan menurun lebih dari 10 % dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kgBB.
Metode Daldiyono
Berdasarkan scoring keadaan klinis sebagai berikut :
· Rasa Haus/muntah = 1
· BP sistolik 60-90 mmHg = 1
· BP sistolik <60>60>
= 2
· Frekuensi Nasi >120 x/mnt = 1
· Keadaan apatis = 1
· Keadaan somnolen, spoor atau koma = 2
· Frekuensi napas > 30x/mnt = 1
· Fasies cholerica = 2
· Vox Cholerica = 2
· Turgor kulit menurun = 1
· Washer Women’s Hand = 1
· Ekstremitas Dingin = 1
· Sianosis = 2
· Usia 50-60 tahun = 1
· Usia >60 tahun = 2
Kebutuhan cairan : skor/15 X 10%x KgBB X 1 ltr
VII. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang menderita diare adalah :
1. Dehidrasi
2. Hipokalemi.
3. Hipokalsemi
4. Cardiac disrythmias
5. Hiponatremi.
6. Syok hipovolemia
7. Asidosis.
VIII. Penatalaksanaan
Dasar-dasar penatalaksanaan diare adalah : (5 D)
1. Rehidrasi.
Jaga hidrasi dengan elektolit yang seimbang. Ini merupakan cara paling sesuai di kebanyakan kasus diare, bahkan disentri. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi dengan elektrolit yang dapat dimakan dapat mengakibatkan gangguan elektrolit yang berbahaya dan dalam beberapa kasus yang langka dapat berakibat fatal (keracunan Air). Cairan intravenous kristalod dibutuhkan. Terapi rehidrasi oral Meminum solusi gula/garam, yang dapat diserap oleh tubuh.
2. Diagnosis.
Pemeriksaan lanjut dilakukan seperti seperti hitung darah lengkap, sfat kimia, urinalisis, dan pemeriksaan feses rutin serta pemeriksaan feses untuk organisasi infeksius atau parasit.
3. Diet.
Mengurangi minuman dan makanan yang rendah serat sampai periode berkurang. Apabila asupan makanan ditoleransi, diet saring dan semi padat dianjurkan. Minuman seperti kafein dan yang berkarbonasi dikurangi karena akan merangsang motilitas usus. Mencoba memakan lebih sering tapi dengan porsi yang lebih sedikit. Makan teratu. Jangan makan atau minum terlalu cepat.
4. Defisiensi disakarida
Produk susu, lemak, gandum, buah segar dan sayuran dibatasi selama beberapa hari.
5. Drugs
Obat anti diare seperti defenoksilat (Lomotil) diberikan sesuai resep
Pada dehidrasi ringan diberikan :
a. Oralit + cairan
b. ASI/susu yang sesuai
c. Antibiotika (hanya kalau perlu saja)
Pada dehidrasi sedang, penderita tidak perlu dirawat dan diberikan :
a. Seperti pengobatan dehidrasi ringan
b. Bila tidak minum ASI :
1) Kurang dari 1 tahun LLM dengan takaran 1/3, 2/3 penuh ditambah oralit.
2) Untuk umur 1 tahun lebih , BB 7 kg lebih : teh, biskuit, bubur dan seterusnya selain oralit. Formula susu dihentikan dan baru dimulai lagi secara realimentasi setelah makan nasi.
Pada dehidrasi berat, penderita harus dirawat di RS.
Pengobatan diare lebih mengutamakan pemberian cairan, kalori dan elektrolit yang bisa berupa larutan oralit (garam diare) guna mencegah terjadinya dehidrasi berat, sedangkan antibiotika atau obat lain hanya diberikan bila ada indikasi yang jelas. Spasmolitika dan obstipansia pada diare tidak diberikan karena tidak bermanfaat bahkan dapat memberatkan penyakit.
Takaran pemberian Oralit.
Umur
Jumlah Cairan
Di bawah 1 thn
3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret
Di bawah 5 thn (anak balita)
3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret
Anak diatas 5 thn
3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret
Anak diatas 12 thn & dewasa
3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)
LARUTAN GARAM GULA.
1. Ambillah air teh (masak) 1 gelas.
2. Masukkan dua sendok teh peres gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur.
3. Diaduk rata dan diberikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
4. Bila diare tak terhenti dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke Puskesmas
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan :
A : Airway; lihat jalan nafas
B : Breathing; berikan oksigen pada pasien
C : Circulation; berikan terapi cairan RL/Dex 5% 2 jalur diberikan ssebanyak 20cc/KgBB
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat di simpulkan bahwa Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian dapat ditekan seminimal mungkin
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Subdit P2 Diare Departemen kesehatan, episode diare Balita adalah sekitar 1,6 - 2,2 kali pertahun dan angka kesakitan untuk seluruh golongan umur adalah sekitar 230 - 330 per 1000 penduduk. Angka kesakitan diare akan cenderung menurun dengan adanya intervensi pencegahan yang efektif seperti : Upaya untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI), kebiasaan cuci tangan, penyediaan dan penggunaan air bersih, penggunaan jamban yang benar, imunisasi campak. Angka kesakitan diare masih mengalami fluktuasi, mengingat banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi dan masih memerlukan waktu untuk peningkatannya seperti keadaan sanitasi lingkungan, sosial ekonomi & sosial budaya serta faktor gizi, dari penjamunya sendiri.
Ada beberapa factor yang menjadi penyebab terjadinya diare yaitu bias karena factor infeksi seperti : infeksi enternal, bakteri,virus, parasit dan parenteral. Sedangkan penyebab dari factor non infeksi yaitu : alergi makanan, gangguan absorbs,iritasi usus, obat-obatan,penyakit usus, serta factor psikologis.
Sehingga berdasarkan penyebab yang ada dapat di ambil suatu tindakan yang lebih tepat, akan tetapi prinsip awal penanganan pasien dengan diare yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang selama terjadinya diare. Sehingga kita dapat mencegah komplikasi lanjut dari penyakit diare tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : Penerbit Buku Kedokteran,EGC.Jakarta.
Mansjor,arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit : Media Aesculapius.Jakarta.
Nuralim,M,Muh,dkk.2007. Buku Panduan Basic Trauma Cardiac Life Support.BSB Makassar.
Rab, Tabrani.2001. Agenda Gawat Darurat. Penerbit : Alumni. Bandung.
Tambayong, jan.2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
www. Dinkesdkij.co.id
www. cybermed.cbn.net.id
www.bankdata.depkes.co.id